Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
Dunia Fauna – Pesut Mahakam, salah satu satwa air tawar endemik Indonesia, kini berada di ambang kepunahan. Mamalia unik yang hidup di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur ini, kian hari kian sulit ditemukan. Meski keberadaannya telah lama diketahui, namun perhatian terhadap kelangsungan hidupnya masih jauh dari kata maksimal.
Pesut Mahakam, yang memiliki nama ilmiah Orcaella brevirostris, tergolong dalam keluarga lumba-lumba air tawar. Berbeda dari lumba-lumba laut pada umumnya, spesies ini memiliki kepala bulat tanpa moncong yang menonjol serta warna tubuh keabu-abuan yang khas. Keunikan ini menjadikan Pesut Mahakam sebagai simbol ekosistem sungai tropis yang sangat kaya, namun sekaligus rentan.
Hingga kini, keberadaan Pesut Mahakam hanya dapat ditemukan di perairan Sungai Mahakam dan beberapa anak sungainya. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah individu yang tersisa diperkirakan kurang dari 80 ekor, menjadikannya sebagai salah satu spesies mamalia air paling langka di dunia.
“Baca juga: Rumah Amityville: Kisah Kelam di Balik Pembunuhan Massal“
Sayangnya, meskipun telah berstatus sangat terancam punah, berbagai ancaman terhadap Pesut Mahakam terus berlanjut. Salah satu faktor utama adalah kerusakan habitat akibat aktivitas manusia. Penebangan hutan di sekitar daerah aliran sungai menyebabkan sedimentasi tinggi, yang berdampak langsung terhadap kualitas perairan tempat pesut hidup.
Selain itu, pencemaran sungai dari limbah industri dan rumah tangga, penggunaan alat tangkap berbahaya, serta meningkatnya lalu lintas kapal besar juga memperparah keadaan. Tidak sedikit pesut yang terjebak jaring atau mengalami luka akibat tabrakan dengan kapal motor. Setiap tahun, jumlah kematian meningkat, sementara angka kelahiran masih sangat rendah.
Walaupun sejumlah lembaga konservasi dan pemerintah telah menjalankan berbagai program pelestarian, hasilnya belum menunjukkan perbaikan signifikan. Misalnya, sosialisasi kepada masyarakat lokal tentang pentingnya menjaga sungai seringkali tidak diiringi dengan pengawasan dan penegakan hukum yang tegas. Selain itu, program rehabilitasi habitat masih terbatas di kawasan-kawasan tertentu saja.
Namun demikian, beberapa langkah positif mulai terlihat. Integrasi data pengawasan pesut dengan teknologi satelit, peningkatan patroli sungai, dan pelibatan masyarakat dalam konservasi mulai dikembangkan. Meskipun tantangannya besar, harapan untuk menyelamatkan Pesut Mahakam tetap terbuka lebar.
Menyelamatkan Pesut Mahakam tidak cukup hanya menjadi tugas lembaga pemerintah atau organisasi konservasi. Publik perlu diberdayakan untuk berperan aktif, terutama komunitas yang tinggal di sekitar DAS Mahakam. Edukasi sejak dini kepada anak-anak sekolah, kampanye media sosial, hingga kolaborasi dengan tokoh adat bisa menjadi strategi efektif.
Di sisi lain, keterlibatan akademisi dan peneliti dalam melakukan studi berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan tindakan konservasi berbasis data yang akurat. Tanpa dukungan ilmiah dan kesadaran kolektif, pesut Mahakam hanya akan menjadi cerita sedih yang hilang dalam arus waktu.
Pesut Mahakam bukan sekadar spesies unik, melainkan simbol penting dari ekosistem sungai Indonesia yang harus dilindungi. Menyelamatkan mereka berarti menjaga keseimbangan alam, mempertahankan keanekaragaman hayati, dan menghindari hilangnya kekayaan fauna yang tak tergantikan. Kini, saatnya semua pihak bersatu dan bertindak. Sebab jika tidak, kita hanya akan menyesal ketika semua sudah terlambat.