Dunia Fauna – Penyu hijau adalah salah satu spesies laut tertua di dunia yang telah hidup selama lebih dari 100 juta tahun. Mereka menjadi saksi evolusi bumi sejak masa dinosaurus dan hingga kini masih berjuang untuk bertahan di tengah tantangan zaman modern. Dengan cangkang berwarna zaitun kehijauan dan tubuh yang anggun, penyu hijau bukan hanya simbol ketenangan lautan, tetapi juga pejuang sejati ekosistem laut. Ironisnya, hewan yang begitu berjasa menjaga keseimbangan alam ini kini justru menjadi korban dari tangan manusia dari pencemaran plastik hingga perburuan liar.
“Baca juga: Burung Ibis Jepang, Simbol Konservasi Asia Timur yang Menginspirasi Dunia“
Keberadaan penyu hijau memiliki dampak besar terhadap kesehatan ekosistem laut. Mereka memakan lamun dan alga, menjaga pertumbuhan vegetasi dasar laut agar tidak berlebihan. Jika lamun tumbuh tanpa kendali, ekosistem pesisir bisa terganggu, mengancam habitat biota laut lain seperti ikan kecil dan udang. Penyu hijau juga membantu menyebarkan nutrisi dari laut ke pantai ketika mereka bertelur, menjadikan pesisir lebih subur. Dengan kata lain, keberadaan penyu hijau bukan hanya penting bagi laut, tetapi juga bagi kehidupan manusia yang bergantung pada sumber daya pesisir.
Salah satu musuh terbesar penyu hijau di era modern adalah sampah plastik. Setiap tahun, jutaan ton plastik mengalir ke laut, dan banyak di antaranya disalahartikan oleh penyu sebagai ubur-ubur makanan favorit mereka. Plastik yang tertelan tidak bisa dicerna, menyebabkan penyumbatan saluran pencernaan dan kematian perlahan. Dalam beberapa kasus, penyu ditemukan mati dengan lebih dari 100 potongan plastik di perutnya. Ini bukan sekadar tragedi individu, melainkan potret nyata betapa gaya hidup konsumtif manusia menghancurkan keseimbangan alam secara perlahan.
Selain plastik, ancaman besar lainnya bagi penyu hijau adalah perburuan untuk diambil daging, telur, dan cangkangnya. Di beberapa daerah pesisir, telur penyu masih dianggap makanan eksotis atau simbol keberuntungan. Padahal, setiap telur yang dicuri berarti satu peluang kehidupan yang hilang dari rantai ekosistem laut. Di sisi lain, perdagangan ilegal cangkang penyu masih marak di pasar gelap internasional. Cangkang penyu dijadikan hiasan atau bahan perhiasan, menunjukkan betapa manusia masih lebih menghargai keindahan benda mati daripada kehidupan itu sendiri.
Beruntung, kesadaran global tentang pentingnya melindungi penyu hijau terus meningkat. Banyak organisasi seperti WWF, Sea Turtle Conservancy, hingga komunitas lokal di Indonesia bekerja keras menjaga populasi penyu. Program konservasi mencakup patroli pantai untuk melindungi sarang dari pemburu, penetasan telur secara alami, dan pelepasan tukik ke laut. Selain itu, pemerintah juga mulai memperketat aturan ekspor dan memperluas kawasan konservasi laut. Meski masih banyak tantangan, langkah kecil ini membawa harapan baru bagi masa depan penyu hijau di samudra.
“Baca juga: Badak Jawa, Simbol Ketahanan Satwa Indonesia yang Kian Langka“
Kemajuan teknologi kini turut membantu upaya pelestarian penyu hijau. Melalui pelacak satelit, ilmuwan dapat memantau migrasi penyu dari Indonesia hingga Pasifik Tengah. Data ini membantu menentukan jalur konservasi dan zona aman bagi penyu untuk bertelur. Di sisi lain, kampanye edukasi digital dan dokumenter seperti Blue Planet telah membuka mata masyarakat akan pentingnya menjaga laut dari plastik. Generasi muda, terutama di media sosial, kini menjadi ujung tombak dalam menyuarakan gerakan penyelamatan penyu dan kebersihan laut global.
Kita semua memiliki peran dalam menjaga keberlangsungan penyu hijau. Tindakan sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, ikut dalam kegiatan bersih pantai, atau mendukung produk ramah lingkungan dapat memberi dampak nyata. Di beberapa desa pesisir Indonesia seperti Sukamade dan Derawan, keterlibatan masyarakat lokal terbukti sukses menekan angka perburuan dan meningkatkan jumlah penyu yang kembali bertelur. Melalui gotong royong antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, harapan untuk memulihkan populasi penyu hijau bukanlah hal mustahil.
Ketika seekor penyu hijau berenang perlahan di lautan biru, ia membawa pesan yang lebih dalam dari sekadar keindahan alam. Ia adalah simbol keseimbangan, keteguhan, dan harapan. Namun, kehadirannya yang semakin langka juga mencerminkan ketidakseimbangan yang kita ciptakan sendiri. Melindungi penyu hijau bukan hanya soal menyelamatkan satu spesies, tetapi juga tentang menjaga warisan kehidupan di bumi ini. Sebab pada akhirnya, laut yang sehat adalah cerminan manusia yang bijak dan penyu hijau adalah saksi hidup dari perjuangan itu.