Dunia Fauna – Serigala Tasmania (Thylacine) telah lama dinyatakan punah, namun jejak reputasinya tidak pernah benar-benar memudar dari ingatan manusia. Ketika saya menelusuri catatan-catatan lama tentang hewan ini, muncul satu hal menarik: semakin banyak orang meyakini bahwa kepunahannya hanyalah “kebenaran resmi”, bukan kenyataan di lapangan. Sejak kematian individu terakhir pada 1936 di Hobart Zoo, rumor penampakan terus bermunculan dari masyarakat lokal hingga para peneliti independen. Fenomena ini membentuk narasi bahwa hilangnya Thylacine tidak sesederhana yang dicatat sejarah, dan tampaknya masih banyak kisah hidup yang belum terungkap di belantara Australia serta Tasmania.
“Baca juga: Di Balik Mitos yang Lama Menyelimuti, Bajing Albino Sangihe Kini Kian Rentan dan Perlu Perlindungan Tambahan“
Sejarah Kepunahan yang Penuh Kontroversi dan Penyesalan Kolektif
Pada awal abad ke-20, Serigala Tasmania menjadi korban perburuan brutal karena dianggap hama pemangsa ternak. Data menunjukkan bahwa pemerintah saat itu bahkan memberikan hadiah bagi siapa pun yang berhasil membunuhnya. Dengan tekanan populasi kecil, penyakit, dan perubahan habitat, kepunahannya seperti tak terhindarkan. Namun, semakin saya menggali dokumentasi sejarah, muncul opini bahwa kepunahan itu lebih merupakan kegagalan manusia dalam mengelola ekosistem. Kini, sikap global terhadap satwa liar berubah drastis, dan banyak pihak menilai hilangnya Thylacine adalah tragedi ekologis yang memicu upaya konservasi satwa lain.

Penampakan Modern yang Membuat Publik Semakin Ragu
Walaupun telah dinyatakan punah oleh IUCN, laporan penampakan Serigala Tasmania tidak pernah berhenti. Bahkan, beberapa rekaman video yang muncul dalam satu dekade terakhir memperlihatkan siluet hewan berloreng dengan ekor kaku, mirip deskripsi Thylacine. Meski mayoritas bukti belum terverifikasi secara ilmiah, pola laporannya menarik. Biasanya muncul dari wilayah-wilayah terpencil di Tasmania, Australia Selatan, hingga Queensland. Menurut saya, insistensi masyarakat lokal yang tetap percaya melihatnya bukan sekadar sugesti; ada peluang bahwa sebagian kecil populasi bertahan hidup jauh dari interaksi manusia.
Eksplorasi Ilmiah dan Jejak Biologis yang Masih Dicari
Dalam dunia sains, misteri kepunahan Thylacine menciptakan tantangan sekaligus rasa penasaran tersendiri. Tim peneliti dari beberapa universitas di Australia telah melakukan penelusuran dengan kamera jebak, analisis DNA lingkungan (eDNA), hingga membandingkan pola jalan hewan dalam rekaman CCTV di pedesaan. Kendati bukti kuat belum ditemukan, kegigihan penelitian ini menunjukkan bahwa dunia ilmiah pun tidak menutup kemungkinan keberadaan Thylacine. Bahkan beberapa ahli berpendapat bahwa hewan punah secara fungsional belum tentu hilang secara total.
Proyek Kebangkitan Spesies (De-Extinction) yang Memicu Debat Global
Seiring pesatnya bioteknologi, muncul gagasan ambisius untuk “menghidupkan kembali” Serigala Tasmania (Thylacine) melalui teknik rekonstruksi DNA. Proyek ini dipelopori oleh kelompok ilmuwan yang juga mengkaji kemungkinan menghidupkan mamut berbulu. Meski revolusioner, upaya ini menimbulkan debat mengenai etika, kesejahteraan hewan rekonstruksi, dan dampak ekologisnya. Sebagai pengamat, saya memandang proyek tersebut sebagai bukti bahwa Thylacine telah mencapai status simbolis dalam perbincangan sains modern: hewan yang hilang, tetapi tidak pernah dilupakan.
“Baca juga: Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Diperkirakan Tinggal 87–100 Ekor, Pakar IPB Ungkap Fakta Mengkhawatirkan“
Hubungan Spiritual Masyarakat Lokal dengan Thylacine
Di luar ranah sains, masyarakat asli Tasmania memiliki kedekatan yang lebih emosional dan spiritual dengan Thylacine. Mereka memandangnya sebagai penjaga hutan, simbol harmoni alam, dan peringatan terhadap ketidakseimbangan ekologis. Ketika penampakan dilaporkan, reaksi mereka lebih menekankan rasa hormat daripada sensasi. Narasi budaya ini memperkaya pemahaman kita bahwa keberadaan Thylacine telah menyatu dengan identitas mereka, sehingga salah satu alasan rumor terus hidup adalah ikatan tradisional yang tidak ingin terputus.
Potensi Bertahan Hidup di Habitat Tersembunyi
Jika kita meninjau kondisi geografis Tasmania dan Australia, terdapat hamparan hutan lebat, pegunungan curam, dan area terpencil yang jarang dijangkau manusia. Dengan habitat yang seperti itu, masih mungkin terdapat populasi kecil yang mampu bersembunyi dan berkembang biak secara terbatas. Banyak ahli ekologi menyebutkan bahwa hewan predator kecil seperti Thylacine bisa jadi memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap tekanan lingkungan. Dalam pandangan saya, selama hutan-hutan terpencil itu tidak sepenuhnya tersentuh pembangunan, peluang keberadaan spesies ini tetap terbuka.
Misteri Thylacine sebagai Cermin Ketidakpastian Ilmu Pengetahuan
Akhirnya, misteri Serigala Tasmania (Thylacine) bukan hanya tentang hilangnya satu spesies. Ia menggambarkan betapa kompleksnya hubungan manusia dengan alam liar, serta batas pengetahuan kita tentang ekosistem yang masih penuh rahasia. Walaupun sebagian besar ilmuwan tetap berhati-hati menyatakan bahwa Thylacine benar-benar punah, publik justru semakin yakin bahwa hewan ini masih hidup. Menurut saya, misteri ini akan terus menggugah rasa ingin tahu generasi demi generasi, bahkan mungkin membawa kita pada kejutan besar suatu hari nanti.