Dunia Fauna – Sejak berabad-abad lalu, para pelaut sering bercerita tentang sosok putri duyung, makhluk cantik setengah manusia setengah ikan yang muncul di tengah ombak biru. Namun, banyak peneliti percaya bahwa makhluk mistis itu sebenarnya terinspirasi dari dugong mamalia laut lembut yang hidup di perairan tropis. Dengan tubuh bulat, ekor seperti ikan paus, dan cara berenangnya yang anggun, dugong dari kejauhan mungkin terlihat seperti sosok perempuan laut yang menari di bawah sinar matahari. Inilah awal dari mitos yang terus hidup hingga kini, di mana kenyataan dan legenda berpadu menjadi satu kisah misterius.
“Baca juga: Fakta Menakjubkan Tentang Kuda Laut Jantan yang Bisa Hamil“
Sekilas, dugong mungkin tampak sederhana. Namun jika diperhatikan lebih dekat, hewan ini memancarkan pesona tersendiri. Ia memiliki kulit abu-abu kecokelatan, mata kecil penuh kelembutan, dan moncong melengkung ke bawah yang membuatnya tampak selalu tersenyum. Bentuk tubuhnya ramping namun kuat, dirancang sempurna untuk menjelajahi padang lamun di dasar laut. Ekor horizontalnya yang menyerupai ikan duyung menambah kesan elegan saat ia berenang perlahan di perairan dangkal. Keindahan alaminya menjadi bukti bahwa laut tidak hanya menyimpan misteri, tetapi juga keanggunan yang tiada duanya.
Berbeda dari mamalia laut lainnya, dugong hidup dalam kesunyian dan kedamaian. Mereka bukan pemburu, melainkan pemakan tumbuhan sejati. Makanan favoritnya adalah lamun tumbuhan laut hijau yang tumbuh di dasar perairan. Dengan moncong lembutnya, dugong mengunyah daun lamun seperti sapi yang sedang merumput, membuatnya dijuluki sea cow atau “sapi laut.” Aktivitasnya yang tenang dan damai menjadikan mamalia laut ini simbol harmoni laut, menggambarkan keseimbangan antara kehidupan dan ketenangan yang mulai langka di dunia modern.
Dalam banyak budaya pesisir, dugong dianggap sebagai makhluk suci. Di Kepulauan Pasifik, masyarakat percaya bahwa dugong adalah reinkarnasi nenek moyang yang datang menjaga laut. Sementara di Indonesia, beberapa nelayan menyebutnya “ikan duyung” dan meyakini kehadirannya membawa keberuntungan. Cerita-cerita ini membentuk hubungan emosional antara manusia dan hewan laut ini. Mungkin inilah alasan mengapa mitos putri duyung lahir sebagai cara manusia untuk memaknai rasa kagum dan cinta terhadap makhluk yang begitu lembut namun penuh misteri.
Dibalik tampilannya yang lembut, dugong memiliki karakter luar biasa. Mereka hidup dalam kelompok kecil, saling berinteraksi dengan suara halus yang terdengar seperti nyanyian bawah laut. Betina biasanya hanya melahirkan satu anak setiap 3–7 tahun, dan induk dugong dikenal sangat penyayang. Ia akan menyusui anaknya sambil berenang di sampingnya, menciptakan pemandangan yang penuh kasih di kedalaman laut. Cara mereka berkomunikasi, mengasuh, dan menjaga keturunan menjadi contoh nyata bagaimana kasih sayang tak mengenal spesies.
Sayangnya, dugong kini menghadapi ancaman yang semakin besar. Aktivitas manusia seperti penangkapan ikan dengan jaring besar, polusi laut, dan rusaknya padang lamun membuat populasi mereka menurun drastis. Banyak dugong terjerat limbah plastik atau kehilangan habitat karena pembangunan pesisir. Data konservasi menunjukkan bahwa hewan ini kini berstatus rentan punah. Ironisnya, makhluk yang dahulu dianggap sebagai inspirasi mitos keindahan laut kini perlahan menghilang dari lautan nyata. Sebuah kehilangan besar bagi ekosistem dan bagi imajinasi manusia.
“Baca juga: Fakta Unik Buaya, Reptil Purba Tidak Bisa Menjulurkan Lidahnya“
Namun, belum semuanya hilang. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, program konservasi dugong mulai digalakkan. Beberapa kawasan laut seperti Teluk Bintuni dan Taman Nasional Wakatobi kini menjadi habitat perlindungan bagi mamalia ini. Peneliti terus mengamati pola migrasi, perilaku makan, hingga reproduksi mereka untuk memastikan mamalia laut ini tetap memiliki masa depan. Masyarakat pesisir pun dilibatkan dalam menjaga padang lamun agar tetap subur. Setiap langkah kecil yang dilakukan manusia hari ini bisa menjadi penyelamat bagi spesies lembut ini di masa depan.
Lebih dari sekadar hewan laut, dugong memberi pelajaran berharga tentang ketenangan, kesetiaan, dan keseimbangan. Mereka tidak agresif, tidak merusak, dan selalu hidup berdampingan dengan alam. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, dugong seolah mengingatkan kita untuk berhenti sejenak, menghirup udara, dan hidup lebih selaras dengan lingkungan. Dari permukaan laut yang tenang hingga kedalaman samudra yang gelap, kehadirannya adalah simbol cinta alam yang murni dan abadi.
Kini, saat kita membaca kisah putri duyung, mungkin sebaiknya kita mengingat bahwa di balik legenda itu ada makhluk nyata yang pernah menginspirasi keindahan tersebut dugong. Ia bukan hanya bagian dari dongeng masa kecil, tetapi juga saksi bisu dari hubungan panjang manusia dengan laut. Setiap hembusan napasnya di bawah air membawa pesan: bahwa keindahan sejati tidak selalu tampak mencolok, melainkan tenang, tulus, dan penuh makna. Dugong adalah wujud nyata dari mitos yang hidup di antara kenyataan dan keajaiban.