Dunia Fauna – Gharial adalah salah satu spesies buaya yang sering disebut sebagai “buaya pemulung” karena kebiasaannya yang unik dalam memanfaatkan jenazah yang dibuang ke sungai, terutama di Sungai Gangga, India. Selain memiliki kebiasaan yang menarik, gharial juga dikenal dengan penampilan fisiknya yang khas, terutama moncongnya yang panjang dan ramping. Meskipun dikenal sebagai predator yang tidak agresif terhadap manusia, keberadaan mereka terancam punah akibat kerusakan habitat dan perburuan. Artikel ini akan membahas berbagai fakta menarik tentang gharial yang jarang diketahui.
Gharial merupakan reptil besar yang berasal dari Asia, khususnya wilayah sungai besar di India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar, dan Pakistan. Namun, saat ini, populasi gharial semakin terfragmentasi dan hanya dapat ditemukan di beberapa daerah di utara India dan Nepal. Gharial mengadaptasi gaya hidup akuatik di sungai-sungai besar, di mana mereka lebih sering berada di air daripada di daratan. Mereka hanya keluar dari air untuk berjemur dan bersarang di tepian pasir.
“Baca juga: Kuskus Totol: Satwa Langka yang Jadi Primadona Hutan Tropis!”
Sebagai predator karnivora, makanan utama reptil ini adalah ikan, meskipun mereka juga mengonsumsi burung air jika tersedia. Salah satu fitur unik dari gharial adalah moncongnya yang panjang dan ramping, yang berfungsi untuk menangkap mangsa dengan sangat efektif. Gigi-gigi kecil yang sangat tajam dan runcing di dalam moncongnya digunakan untuk menangkap dan menenggelamkan mangsa. Menariknya, gharial tidak mengunyah makanannya, melainkan menelannya secara utuh. Gharial memiliki kemampuan luar biasa dalam mendeteksi getaran dalam air, menggunakan sensor khusus untuk mengetahui kedatangan mangsa. Ketika mereka merasakan getaran dari mangsa yang mendekat, mereka akan menunggu dengan sabar sebelum bergerak cepat untuk menangkap mangsanya.
Seperti halnya sebagian besar reptil lainnya, reptil satu ini tidak dapat mengatur suhu tubuhnya secara internal. Oleh karena itu, mereka sangat bergantung pada lingkungan sekitar untuk mengatur suhu tubuh mereka. Gharial biasanya berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan tubuhnya dan mendapatkan energi untuk berburu. Sebaliknya, mereka akan menenggelamkan diri dalam air untuk mendinginkan tubuh saat merasa terlalu panas. Ini menjadikan mereka lebih aktif di siang hari ketika sinar matahari cukup terik.
“Simak juga: Aktris Tewas Setelah Jalani Ritual Racun Kodok Amazon”
Berbeda dengan sebagian besar spesies buaya lainnya, gharial memiliki kaki yang lemah dan tidak dapat berjalan dengan baik di daratan. Kaki mereka sangat kecil dan tidak cukup kuat untuk menopang tubuh besar mereka di tanah. Sebagai gantinya, reptil ini lebih suka meluncur dengan perutnya di tanah saat mereka perlu bergerak di daratan. Meskipun memiliki kaki yang lemah, gharial sangat lincah dan efisien saat berada di dalam air, terutama di sungai-sungai deras yang menjadi habitat utama mereka.
Ketika mencapai usia dewasa pada sekitar usia 10 tahun, gharial betina akan masuk dalam harem, yaitu kelompok yang terdiri dari beberapa betina yang dijaga oleh satu jantan dominan. Harem ini biasanya terdiri dari empat hingga enam betina, yang semuanya dijaga oleh jantan dominan. Pada musim kawin, jantan akan berusaha mempertahankan haremnya dan menjauhkan pejantan-pejantan lain yang ingin merebut wilayah dan betina-betina tersebut. Proses perkawinan ini berlangsung dengan ketat di wilayah yang dikuasai oleh jantan dominan.
Salah satu adaptasi unik yang dimiliki oleh reptil unik ini adalah penglihatan malamnya yang luar biasa. Gharial memiliki struktur yang disebut tapetum lucidum di bagian belakang matanya, yang meningkatkan penglihatan mereka dalam kondisi gelap. Tapetum lucidum ini memantulkan sebagian cahaya yang tidak diserap, sehingga memungkinkan mereka untuk melihat lebih jelas di malam hari atau dalam perairan yang gelap. Selain itu, mata mereka yang terletak sangat dekat dan menghadap ke depan memberikan keuntungan dalam penglihatan tiga dimensi, yang membantu gharial mengukur jarak dengan lebih akurat.
Gharial terkenal sebagai salah satu spesies buaya yang paling tidak agresif terhadap manusia. Meskipun mereka adalah predator yang mematikan bagi ikan dan hewan air lainnya, mereka jarang menyerang manusia kecuali jika merasa terancam atau jika induk melindungi sarangnya. Meskipun demikian, gharial dikenal juga sebagai “pemulung” karena sesekali mereka memanfaatkan jenazah yang dibuang ke sungai, terutama di Sungai Gangga. Mereka menelan mayat yang terbawa oleh arus sungai, meskipun ini bukan kebiasaan utama mereka.
Namun, meskipun buaya jenis ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia, tetap saja kita harus berhati-hati ketika berada di sekitar mereka, terutama di habitat alaminya. Keberadaan mereka yang semakin terancam membuat perlunya upaya konservasi untuk melindungi spesies ini agar tidak punah.
Dengan keberadaannya yang semakin langka, reptil ini menjadi salah satu spesies yang sangat terancam punah. Kerusakan habitat, perburuan liar, dan perubahan aliran sungai adalah beberapa ancaman besar bagi kelangsungan hidup gharial. Oleh karena itu, penting untuk mendukung upaya pelestarian mereka dan memastikan bahwa habitat alami mereka tetap terlindungi.