
Dunia Fauna – Binturong adalah salah satu satwa paling unik yang dimiliki Indonesia, namun namanya belum sepopuler harimau atau orangutan. Sering disebut bearcat atau beruang kucing, binturong menghadirkan perpaduan karakter fisik yang menimbulkan rasa penasaran: tubuh besar seperti beruang kecil, wajah mirip kucing liar, dan ekor panjang menggulung layaknya monyet. Selain itu, perilakunya sangat senyap sehingga menjadikannya “penjaga tak terlihat” di hutan hujan Sumatra, Kalimantan, hingga kawasan Asia Tenggara lain. Menurut saya, Si Beruang Kucing adalah simbol keajaiban alam Nusantara diam, misterius, namun penuh peran penting dalam keseimbangan ekosistem.
“Baca juga: Kelelawar Bersinar di Kegelapan Buat Ilmuwan Semakin Penasaran“
Dari segi penampilan, binturong sungguh memikat. Bulunya tebal berwarna hitam pekat, lengkap dengan kumis panjang dan mata tajam yang menyala di kegelapan malam. Berat tubuhnya dapat mencapai 20 kilogram, menjadikannya salah satu mamalia arboreal terbesar di Asia. Selain itu, ekornya yang dapat menggenggam cabang pohon memberi Si Beruang Kucing kemampuan memanjat luar biasa. Ketika saya pertama kali melihat Si Beruang Kucing di pusat konservasi, kesan yang muncul adalah hewan ini seperti kombinasi berbagai spesies yang dipertemukan oleh alam untuk membentuk karakter sempurna bagi kehidupan hutan tropis.
Untuk bertahan hidup, binturong memilih hidup di atas pohon besar di hutan tropis. Karena itu, ia hanya sesekali turun ke tanah, biasanya untuk mencari air. Lingkungan yang tinggi dan rapat memberi perlindungan alami dari predator besar, sehingga Si Beruang Kucing dapat bergerak leluasa tanpa banyak ancaman. Selain itu, pilihan habitat ini membuktikan kecerdasan adaptif yang dimiliki Si Beruang Kucing. Hutan bagi mereka bukan sekadar rumah, melainkan ruang hidup tiga dimensi yang menuntut ketangkasan dan kemampuan membaca medan dengan baik.
Sebagai hewan nokturnal, binturong aktif pada malam hari ketika hutan mulai sunyi. Selain itu, ia dikenal sebagai pemakan segala, mulai dari buah, burung kecil, hingga telur dan serangga. Yang menarik, binturong memiliki aroma tubuh unik yang sering dibandingkan dengan popcorn karamel. Bau ini berasal dari kelenjar khusus yang berfungsi untuk menandai wilayahnya. Dalam pandangan saya, keunikan aroma ini menunjukkan betapa evolusi menciptakan mekanisme komunikasi alami yang tidak hanya efektif, tetapi juga benar-benar berbeda dari satwa liar lain.
“Baca juga: Elang Gunung Himalaya, Burung Pemangsa Langit Tinggi“
Keberadaan binturong memberi dampak signifikan pada regenerasi hutan. Karena Si Beruang Kucing sangat menyukai buah, terutama buah ara, ia menjadi penyebar biji alami yang membantu tumbuhnya pohon baru. Dengan kata lain, binturong adalah “tukang kebun hutan” yang bekerja tanpa pamrih demi keberlangsungan ekosistem. Pola makan dan kebiasaan bergeraknya menegaskan bahwa kelangsungan hutan tropis tidak hanya bertumpu pada pohon, tetapi juga pada makhluk yang menjaga harmoni di dalamnya.
Meski perannya sangat penting, binturong menghadapi berbagai ancaman. Selain kerusakan habitat akibat deforestasi, perdagangan satwa eksotis juga menjadi faktor penyusutan populasinya. Banyak orang menangkap Si Beruang Kucing untuk dijadikan peliharaan atau untuk kebutuhan pasar ilegal. Padahal, binturong bukan hewan domestik dan tidak cocok berada di lingkungan manusia. Dalam pandangan saya, rendahnya edukasi publik tentang satwa liar menjadi penyebab utama meningkatnya ancaman terhadap binturong.
Seiring meningkatnya kesadaran lingkungan, berbagai lembaga konservasi mulai fokus pada pelestarian binturong. Program penangkaran, reintroduksi ke alam, dan edukasi masyarakat dilakukan untuk mengurangi risiko kepunahan. Selain itu, keberadaan taman nasional dan kawasan lindung menjadi benteng terakhir bagi kehidupan Si Beruang Kucing. Saya percaya bahwa jika kolaborasi masyarakat, pemerintah, dan komunitas pecinta satwa terus diperkuat, masa depan binturong masih dapat diselamatkan.
Pada akhirnya, menjaga binturong berarti menjaga kesehatan hutan tropis yang menjadi paru-paru dunia. Selain itu, keberadaannya adalah bagian dari identitas biodiversitas Indonesia yang membedakan kita dari negara lain. Jika binturong punah, maka kita kehilangan salah satu simbol keindahan dan kerumitan ekosistem alam Nusantara. Oleh sebab itu, perlindungan Si Beruang Kucing bukan hanya kewajiban ilmiah, tetapi juga bentuk penghormatan kita terhadap kehidupan dan warisan alam Indonesia.