Dunia Fauna – Memelihara simpanse awalnya terlihat menggemaskan, namun bisa berbahaya. Banyak orang tergoda untuk memelihara simpanse sebagai hewan peliharaan karena penampilannya yang menggemaskan dan tingkah lakunya yang menyerupai manusia. Namun, di balik daya tarik ini, terdapat bahaya besar yang sering diabaikan. Simpanse bukanlah hewan domestik seperti kucing atau anjing; mereka adalah hewan liar dengan insting yang kuat dan kebutuhan lingkungan yang sangat spesifik. Ketidaktahuan terhadap hal ini bisa berujung pada risiko serius, baik bagi pemilik maupun simpanse itu sendiri.
Simpanse memiliki kekuatan fisik yang luar biasa dibandingkan manusia. Mereka mampu menghasilkan tenaga lima kali lebih besar dari tubuh manusia dewasa, meski ukurannya lebih kecil. Ketika merasa terancam atau stres, simpanse dapat menjadi sangat agresif. Serangan simpanse sering kali berakhir dengan cedera serius, seperti gigitan parah, tulang patah, atau bahkan kehilangan anggota tubuh.
Hewan ini memiliki taring yang tajam, yang biasanya digunakan untuk melindungi diri di alam liar. Ketika dipelihara, situasi rumah tangga yang tidak alami dapat memicu agresi. Banyak kasus serangan simpanse terhadap manusia telah dilaporkan, termasuk insiden fatal yang menunjukkan betapa berbahayanya memelihara primata besar ini.
“Baca juga: Rahasia Ayam: Hewan Sederhana dengan Kemampuan Luar Biasa”
Simpanse berbagi banyak kesamaan genetik dengan manusia, sehingga mereka juga bisa menjadi pembawa penyakit yang berbahaya. Beberapa penyakit zoonosis yang bisa ditularkan dari simpanse ke manusia antara lain hepatitis, tuberkulosis, dan virus herpes. Karena hubungan genetik yang dekat, infeksi dari simpanse sering kali lebih cepat menyebar dan lebih sulit diobati.
Sebaliknya, manusia juga dapat menularkan penyakit kepada simpanse. Penyakit flu biasa yang ringan bagi manusia, misalnya, dapat menjadi mematikan bagi simpanse. Hal ini menimbulkan ancaman ganda baik bagi manusia maupun simpanse itu sendiri dalam lingkungan domestik yang tidak memadai.
Memelihara simpanse sering kali berarti merampas kebebasan mereka. Di alam liar, simpanse hidup dalam kelompok sosial yang kompleks dan membutuhkan ruang luas untuk berinteraksi, bermain, dan mencari makan. Dalam lingkungan domestik, simpanse sering kali mengalami stres akibat isolasi sosial dan keterbatasan ruang. Stres ini dapat memicu perilaku destruktif dan meningkatkan risiko serangan kepada manusia.
Selain itu, menjaga kebutuhan gizi simpanse tidaklah mudah. Diet mereka terdiri dari berbagai jenis makanan, termasuk buah-buahan, daun, dan serangga, yang sulit direplikasi di rumah. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi simpanse dan semakin memperburuk situasi.
“Simak juga: Vampire Squid: Antara Keindahan dan Teror di Kedalaman Laut”
Memelihara simpanse tidak hanya berbahaya, tetapi juga melanggar hukum di banyak negara. Simpanse termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi, sehingga perdagangan dan pemeliharaannya diatur ketat oleh undang-undang internasional. Pelanggaran hukum ini dapat berujung pada sanksi berat bagi pemiliknya.
Secara etika, memelihara simpanse sebagai hewan peliharaan juga dipandang sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab. Mengambil simpanse dari habitat aslinya berarti menghancurkan ekosistem dan merusak keseimbangan populasi liar.
Bahaya dan konsekuensi memelihara simpanse menjadikannya pilihan yang tidak bijaksana. Simpanse bukanlah hewan peliharaan yang aman atau cocok untuk manusia, dan interaksi dengan mereka harus dibatasi pada lingkungan alami atau fasilitas konservasi yang sah.